Monday, April 23, 2007

Sabda tak terhingga, aku menyebutmu hingga lingkaran malam menjentikkan kilatan pagi yang datang sebentar lagi. Malam tadi demikian sepinya. Sudah usang hari-hari indah kita, kau jua yang telah berkata. Semuanya menjadi abu tanpa api, ditinggal kereta yang akhirnya beranjak pergi. Dedaunan hijau di pagi yang cerah ini belum cukup meredakan pedih karenamu. Aku masih terus menangis.

Sebentar lagi kereta ini akan berhenti. Itukah dirimu yang menantiku? Rasanya tidak mungkin setelah rasa sakit yang kau tusukkan ke lambungku kau akan kembali seperti dulu. Ini hanya melodi. Ini hanya pelarian diri.

Nadiku berteriak, meradang, menagih kebersamaan menentramkan detaknya. Dan rasanya tak mungkin mengganti bidadari dengan seorang manusia, dan ternyata bidadari pun mampu mematahkan hati seorang pria. Tidak seperti dongeng-dongeng di mana semua cerita berakhir dengan bahagia yang abadi. Jalan realitas yang semakin menanjak, dan aku, telah nyata harus menempuhnya.

Labels:

 
posted by ar-marsha at 9:13 AM |


0 Comments: